Sebuah cerita yang biasa terjadi di kehidupan sehari-hari. Cerita yang biasa dialami oleh setiap orang tua yang memiliki anak di usia nikah. Cerita yang biasa dirasakan oleh orang-orang dewasa beserta masa lalunya. Hanya sebuah catatan kisah.
Tiga orang perempuan beda usia, aku..sepupuku usia remaja..dan sepupuku yang lain beda usia 3 tahun lebih muda dari aku.
Dari 3 orang perempuan ini, aku belajar banyak tentang kehidupan, tentang kasih sayang orang tua, dan tentang takdir hidup.
Aku paling dekat dengan sepupu aku yang cuma beda usia 3 tahun aja, dari dulu dia sudah kuanggap sahabatku, walaupun akhir-akhir ini kami semakin renggang karena kesibukan masing-masing. Bisa kubilang dia perempuan yang kuat, kuat dengan pendiriannya walaupun pendapatnya itu berbeda dengan orang-orang di sekitarnya.
Cantik, punya orang tua yang mapan, sarjana, dan sekarang bekerja di salah satu badan negara yang memiliki jenjang karier cukup baik. Semenjak kami menjalani kesibukan masing-masing, dia tidak pernah bercerita lagi tentang kisah asmaranya. Kami bertemu cukup jarang hanya pertemuan keluarga saja.
Yang ku tahu, dia pernah beberapa kali menjalin asmara dengan laki-laki yang baik, punya karier, punya materi, dan seandainya dia meminta restu pada orang tuanya, ku rasa orang tuanya tidak akan pernah menolak. Tapi sayang, tidak ada satu pun yang dia pilih untuk menjadi pasangan hidupnya.
Karena dia telah kuanggap sebagai sahabatku, adik perempuanku, dan dia pun menganggap aku sebagai kakak perempuannya, secara otomatis aku ikut terbawa arus-arus dalam hidupnya..jatuh bangunnya dia, berbagai konflik dengan orang tuanya yang dia hadapi, segala cerita sedih...semua masih terbayang dalam ingatan aku. Dia bukan anak yang nakal, tapi mungkin ada sesuatu yang terlewati dari tahap-tahap kehidupannya, dan aku tak tahu apa itu. Tapi itu semua jadi catatan pribadiku, agar aku bisa menjadi orang tua yang baik untuk anak-anakku kelak.
Kini, di saat kami sama-sama berada di usia yang mengharuskan kami untuk menikah, satu lagi pelajaran hidup yang selalu aku dengar dari cerita-cerita ibuku, ibunya, tante kami. Ibuku yang selalu bercerita padaku tentang adikku itu, karena jarak yang memisahkan aku dan adikku..Manila dan Bandung.
Ketika adikku tidak memilih satu pun laki-laki yang mapan itu, dia ternyata lebih memilih seorang laki-laki yang berasal dari keluarga yang miskin, physicly biasa-biasa saja, sekolah persamaan, dan bekerja sebagai OB di salah satu hotel. Aku tidak pernah mau ikut campur atas apa yang dia pilih, pilihan dia itu hidupnya dia. Namun rasa yang kupunya ketika kudengar ibunya mengeluh seketika itu pun berubah.
Seorang ibu buatku adalah malaikat, seorang bapak buatku adalah penjagaku. Aku sedih, saat kemauan adikku tidak sepaham dengan kemauan orang tuanya. Tidak ada satu pun orang yang bisa melunakkan hati adikku, pun ibunya. Intinya, orang tuanya tidak setuju atas pilihan anaknya. Atas semua hal yang dimiliki oleh adikku, orang tuanya tidak rela bila harus melepaskan anaknya pada laki-laki seperti itu.
Bila aku melihat dari kacamata orang tuanya, sangatlah wajar. Mana ada orang tua yang dengan rela begitu saja melepaskan anak perempuannya pada laki-laki yang tampaknya tidak siap untuk membahagiakan anaknya. Karena hidup ini bukan atas sekedar cinta. Hidup ini bicara tentang survive, bertahan hidup, mendidik anak, dan tantangan akhir zaman yang sudah semakin hancur. Tapi adikku tidak pernah mau mengerti atau setidaknya mencoba untuk mengerti keinginan orang tuanya. Ibunya sudah menangis, bapaknya jatuh sakit, dan anaknya tetap pada pendiriannya.
Aku mengerti, mungkin ada hal lain yang adikku lihat dari sosok laki-laki itu. Tapi entah apa, entah ada cerita apa, aku sama sekali tidak tahu. Aku selalu menanti bagaimana akhir dari kisah ini dan kuharap, selalu kuharap, semuanya akan baik-baik saja.
Aku bukan pawang cinta yang mengerti dan bisa membaca tentang bahasa cinta. Kalau boleh jujur, sampai detik ini aku belum pernah merasakan pacaran. Aku menghabiskan masa mudaku dengan rajin mengaji, berpakaian yang sopan, dan menjadi anak yang baik. Banyak laki-laki yang menghampiriku, mencoba untuk menjadi orang yang selalu dekat denganku. Aku bahkan masih ingat siapa-siapa saja. Dan mereka laki-laki yang baik-baik, aku tahu itu. Tapi aku selalu cuek, selalu menutup diri, tidak pernah mau membuka hati. Entah aku harus merasakan penyesalan atau tidak atas semua kesempatan yang datang padaku. Terkadang aku sampai bingung pada diriku sendiri karena pernah suatu saat, aku bertemu dengan seorang laki-laki di tempat bimbelku, dan dia terus menatapku sambil berjalan, saat itu sempat berpikir ada apa dengan wajahku? kenapa dia melihatku seperti itu, sampai akhirnya dia jatuh ke selokan, dan aku dengan cueknya terus berjalan seakan-akan tidak ada apa-apa yang terjadi. Cueknya aku.
Pernah juga aku bertemu teman lamaku, di mall, dia itu salah satu temanku yang aku cuekin juga saat dia mendekati aku, dan ternyata sekarang dia sudah menjadi laki-laki yang gagah, dan di sebelahnya wanita yang cantik...hahaha...Dan masih banyak cerita yang membuat aku tertawa sendiri saat mengenangnya.
Sampai detik ini, untuk semua yang terjadi dalam hidupku, menyesal atau tidak, aku selalu mensyukurinya, karena Allah sudah melindungi aku dari pergaulan yang bebas, seperti doa-doaku selama ini, agar Allah menjaga diriku, orang tuaku, kakak-kakakku, keluargaku di manapun kami berada. Meskipun dilema sedang menamparku setiap detik yang aku lalui. Karena cuma aku yang belum menikah di antara teman-teman kerjaku...
Mana ku tahu jalan hidupku seperti ini, mana ku tahu jodohku datangnya kapan. Aku sudah berdoa, dan ku yakin orang tuaku juga begitu. Aku bertemu beberapa laki-laki, yang setiap awal pertemuan selalu terbersit dalam hatiku, inikah orangnya? Dan ternyata bukan, hati yang tersakiti, sembuh, kembali lagi tersakiti. Aku juga sudah bosan. Sampai pada akhirnya, karena aku tidak ahli mencari sendiri laki-laki sholeh di sekelilingku, aku meminta pada orang tuaku untuk mencari laki-laki itu, biar pun aku tidak bertemu dengannya, asalkan ibu dan bapakku menyukainya, aku akan terima pilihan mereka. Karena pernah, ada seseorang yang sudah bertemu dengan bapakku, dan aku suka orang itu, sudah mapan juga, tapi bapakku bilang "tidak"...maka "tidak".
Menunggu itu memang membosankan, menunggu itu cobaan yang paling berat. Tapi bila aku memang harus menunggu, aku sedang menunggu. Tapi tidak untuk semua, hanya untuk satu, pangeran yang sholeh dan disukai orang tuaku...my life.
Berbeda dengan adik sepupuku yang sedang remaja, jauh berbeda denganku. Bila kubuka facebook-ku, isinya cuma ungkapan perasaan dia pada seseorang yang dia suka. Sampai-sampai aku malas untuk membuka facebook, karena aku pusing juga membaca status-statusnya. Tapi itulah masa remaja yang normal, karena aku melewatinya, dulu belum ada facebook.
Tiga orang perempuan, termasuk aku, selalu melengkapiku, membuatku lebih dewasa, membuatku semakin sayang pada orang tua, dan membuatku semakin dekat pada-Nya.
Hanya sebuah catatan kisah..
Salam_manis_winda
www.google.com
www.yahoo.com
No comments:
Post a Comment